TUGAS 2
MAKALAH PENGANTAR GEOFISIKA
“BUMI”
ALFIAN
60400114028
FISIKA B
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah dengan topik BUMI .
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas individu dalam mata mata kuliah
pengantar geofisika.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman
maka disusunlah makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan
dapat berguna bagi penyusun semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas
penyusun di perkuliahan. Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien
dalam proses perkuliahan. Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak, maka penyusun mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun makalah ini penyusun telah
berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan penyusun berharap
semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.
Samata
Gowa, 05 April 2016
Alfian
60400114028
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bumi
adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya
mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara
(atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan
Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa.
Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer,
dan Eksosfer.
Bumi melakukan beberapa gerak yang alami, yaitu gerak
rotasi dan revolusi. Gerak rotasi bumi merupakan gerak berputarnya bumi pada
porosnya (sumbu). Gerakan rotasi ini menyebabkan daerah sepanjang equator
bergerak cepat, sedangkan di daerah kutub hampir-hampir tidak mengalami
pergerakan. Bumi yang berbentuk bulat mengalami perubahan bentuk akibat gerakan
rotasi yang dilakukan.Perubahan tersebut adalah terbentuknya daerah agak pepat
di kedua kutubnya dan seakan-akan sebagian massa bumi tertumpuk di daerah
equator. Bentuk ini disebabkan rotasi bumi yaitu perputaran bumi pada porosnya.
Gerak rotasi bumi terjadi dari arah barat ke timur. Jika dilihat dari kutub
utara, rotasi bumi memiliki arah berlawanan.
Poros
(sumbu) bumi merupakan garis khayal yang menandakan sumbu rotasi dari bumi,
yang melalui kutub utara dan kutub selatan. Poros bumi tidaklah tegak lurus,
tetapi mengalami kemiringan sebesar 23,5o dari garis tegaknya.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas
diharapkan kita akan mengetahui tentang :
- Apa yang
dimaksud dengan bumi ?
- Bagaimana sejarah pembentukan bumi ?
- Bagaimana susunan bumi ?
- Bagaimana komposisi permukaan bumi dan lapisan bumi ?
- Apa yang dimaksud dengan tektonik
lempeng ?
C. TUJUAN
Tujuan
penyusunan makalah ini yaitu :
- Untuk mengetahui pengertian bumi.
- Untuk mengetahui sejarah
pembentukan bumi
- Untuk mengetahui susunan bumi
- Untuk mengetahui komposisi permukaan bumi dan lapisan bumi
- Untuk
mengetahui tektonik lempeng
BAB II
PEMBAHASAN
BUMI
Bumi adalah
planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya
mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara
(atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan
Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa.
Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer,
dan Eksosfer. Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer
dan mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan
bumi adalah antara -70°C hingga 55°C bergantung pada iklim setempat. Sehari di
dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi
mempunyai massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta
kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik)
digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat
jenis Bumi dipatok sebagai 1. Bumi
mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10
N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi
dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan
bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1%
uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi
diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku
setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar
yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel
silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali
diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi
lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada
beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori
Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.
Titik
tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan
titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924
meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter,
sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.
Bagaimana Bumi ini terbentuk secara
pasti masih merupakan perdebatan dimana banyak pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli dengan alasan yang berbeda-beda pula. Berikut ini beberapa teori
mengenai pembentukan bumi yang umum dikenal.
1. Teori Kant –
Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para
ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam.
Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah
satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)?
Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan
bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut
(nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat
besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat
ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena
pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet
dalam tata surya.
2. Teori
Planetesimal
Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, mengemukakan
teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas
bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang
melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas
di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas
matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas
tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan
bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena
gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar
mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama kelamaan
menjadi padat dan di sebut planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk
akan saling tarik – menarik bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk
planet, termasuk bumi.
3. Teori
Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang
ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut
teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang
meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak
meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan
bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak
meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah
planet-planet yang mengelilinginya.
4. Teori Pasang
Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun
1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari
itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita
kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan
dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika
sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka
akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari,
yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan
mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar
sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi
perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah
menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang
menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya
terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan
relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung,
planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips,
sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari
dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi
pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik
kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan
(satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. Peranan yang
dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan
peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan
di atas.
5. Teori Big
Bang
Berdasarkan Theory Big Bang, proses
terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya
terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar
berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut
raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk
galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun,
nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan
nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu,
bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian,
gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi
terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini.
Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya,
bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau
perbedaan unsur.
2. Pembentukan
perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi.
Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan
yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi
menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar,
dan kerak bumi
Masih banyak teori-teori yang
lainnya yang dikemukakan oleh para ahli seperti:
Teori Buffon
Dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de
Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari
dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar.
Massa yang terpental ini menjadi planet.
Teori Weizsaecker
Dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi Jerman
mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi
oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur
ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi,
maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur yang
lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini akan menarik unsur – unsur
lain yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet
– planet, termasuk bumi.
Teroti Kuiper
Dikemukakan oleh Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada
nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari,
sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet.
Dalam teorinya, beliau juga memasukkan unsur – unsur ringan, yaitu hidrogen dan
helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas,
sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan malia
menggumpal menjadi planet – planet.
Teori Whipple
Oleh seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan pada mulanya tata
surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi membentuk semacam
piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan
akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke
angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet –
planet.
B.
Susunan Bumi
Bumi adalah
sebuah planet kebumian, yang artinya terbuat dari batuan, berbeda dibandingkan
gas raksasa seperti Jupiter. Bumi merupakan satu-satunya planet kebumian yang
memiliki lempeng tektonik yang aktif.
Massa bumi
kira-kira adalah 5,98×1024 kg. Kandungan utamanya adalah besi (32,1%), oksigen
(30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel (1,8%),
kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari berbagai
unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti bumi dipercaya
memiliki kandungan utama besi (88,8%), dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%),
dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.
C.
Komposisi
Permukaan Bumi Dan Lapisan Bumi
Permukaan
Bumi
Bagian bumi
yang kita diami sekarang ini adalah bagian terluar yaitu kerak bumi atau
permukaan bumi yang terbagi menjadi dua yaitu ; kerak kontinen dan kerak
oseanik atau samudera. Kerak kontinen merupakan kerak yang menyusun benua atau
daratan dengan komposisi kimia relatif asam, sedangkan kerak oseanik merupakan
kerak yang menyusun lantai lautan atau samudera dengan komposisi basa sampai
ultrabasa. Kerak tersebut disusun lagi oleh beberapa fragmen fragmen yang
dikenal dengan sebutan lempeng (plate) kontinen dan lempeng oseanik atau
samudera.
Kerak
samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai
ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan
basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang
tidak sepadat batuan basalt.
Ahli
geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi terdiri dari
oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi hampir semuanya
adalah oksida (oxides); klorin, sulfur, dan florin adalah kekecualian dan
jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah
silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama
silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari
berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan perhitungan dari
1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% batuan
terdiri dari 11 oksida. Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil.
Tabel Kerak oksida F. W. Clarke
Senyawa Formula Komposisi
·
Silika
·
SiO2 59,71%
·
Alumina
·
Al2O3 15,41%
·
kapur
·
CaO 4,90%
·
Magnesia
·
MgO 4,36%
·
Natrium oksida
·
Na2O 3,55%
·
Besi(II) oksida
·
FeO 3,52%
·
Kalium oksida
·
K2O 2,80%
·
Besi(III) oksida
·
Fe2O3 2,63%
·
Air
·
H2O 1,52%
·
Titanium dioksida
·
TiO2 0,60%
·
Fosfor pentaoksida
·
P2O5 0,22%
Total 99,22%
Lapisan Bumi
Lapisan bumi dibedakan berdasarkan
komposisi dan sifat mekanik.
Berdasarkan komposisi, lapisan Bumi dapat dibagi menjadi :
Berdasarkan komposisi, lapisan Bumi dapat dibagi menjadi :
1. Crust (Kerak
Bumi)
Kerak bumi merupakan bagian terluar
lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km. Kerak dengan mantel dibatasi oleh
Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan
mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Kerak samudra, tersusun oleh mineral
yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak samudra berkisar
antara 5-15 km dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya
disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi
basalt.
Kerak benua, tersusun oleh mineral
yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya disebut sial. Ketebalan kerak benua
berkisar antara 30-80 km rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar
2,85 gm/cc. Kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan
penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
2. Mantle
(Mantel Bumi)
Mantel bumi merupakan lapisan di
bawah kerak bumi, dicirikan oleh adanya peningkatan gelombang-gelombang panas,
memiliki ketebalan 3.488 km. Pada lapisan ini bersifat semi cair, banyak
mengandung mineral dan ferromagnesian (campuran besi dan magnesium). Suhu pada
mantel bagian atas ±1300°C-1500°C dan suhu pada mantel bagian dalam
±1500°C-3000°C. Mantel dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a. Upper Mantle (mantel bagian atas),
memiliki ketebalan 400 km, bersifat plastis (padat tapi kenyal) atau
semiplastis, mempunyai zona transisi dengan ketebalan 670 km.
b. Lower Mantle (mantel bagian bawah),
terdiri dari bahan yang kaya unsur nikel dan besi, berada pada kedalaman antara
1000-2900 km.
3. Core ( Inti
Bumi)
Inti bumi terletak di bawah mantel
Bumi pada kedalaman 2900-6730 km, tersusun atas besi (Fe) dan Nikel (Ni), yang
datanya diketahui dari gelombang seismik, eksperimen, dan komposisi iron
meteorites (besi meteorit). Inti Bumi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Inti luar ,
kedalaman 2900-5100 km tersusun oleh komposisi silika, belerang dan O2 bersifat
cair.
b. Inti dalam,
kedalaman 5100-6730 km. Komposisi besi padat (Fe) dan nikel (Ni) bersifat
padat.
Dari data Geofisika material inti
bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam yang
terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi
tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
Berdasarkan sifat mekanik (sifat
dari material), lapisan Bumi dapat dibagi menjadi :
1. Litosfer
Litosfer adalah kulit terluar dari
planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos yang berarti berbatu,
dan sphere yang berarti padat. Litosfer
bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel bumi yang mengakibatkan
kerasnya lapisan terluar dari planet bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer,
yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari
mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya
terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang
relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sednagkan
astenosfer berubah seperti cairan kental.
Litosfer terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang
terjadi dalam astenosfer. Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan
terluar bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian
paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan
anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia
memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan
lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini
lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas
oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer
berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep
mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer)
tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
Terdapat dua tipe litosfer, yaitu:
litosfer samudra, yang berhubungan dengan kerak samudra dan berada di dasar
samdura dan litosfer benua, yang berhubungan dengan kerak benua. Litosfer
samudra memiliki ketebalan 50-100 km, sementara litosfer benua memiliki
kedalaman 40-200 km.
2. Astenosfer
Astenosper merupakan lapisan dibawah
lempeng tektonik, yang menjadi tempat bergeraknya lempeng benua.
3. Mesosfer
Mesosfer adalah lapisan udara
ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan pertambahan ketinggian
hingga ke lapisan keempat, termosfer. Udara yang terdapat di sini akan
mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan
menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke bumi biasanya
terbakar di lapisan ini. Mesosfer terletak di antara 50 km dan 80-85 km dari
permukaan bumi, saat suhunya berkurang dari 290 K hingga 200 K (18oC hingga
−73oC). Antara lapisan Mesosfer dengan lapisan atermosfer terdapat lapisan
perantara yaitu Mesopause.
D. TEKTONIK
LEMPENG
Tektonik
lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi dan cekungan
endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
Bagian
terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat
litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength)
yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya
menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan
tekanan yang tinggi.
Lapisan
litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,
terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak
relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen
(menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi,
aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera
semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral
lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Peta dengan
detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor gerakannya
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan
geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak
seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati
bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan
Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan
nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita
melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah
dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu
karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan
penjelasan yang sesuai.
Penemuan
radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang
umur bumi,karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan
dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah
benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam
beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini
maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua
dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori
Tektonik Lempeng berasal dari hipotesis continental drift yang dikemukakan
Alfred Wegener tahun 1912. Dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua
yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga
melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari
granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya
yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang
padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa
bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari,
dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920
bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti
juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.
Bukti
pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari
penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya.
Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun
1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun
selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal
(upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya
terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault).
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal
menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan.
Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan
medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan
pergerakan vertikal batuan yang baru
Seiring
dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua
sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan
pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona
Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian
mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar
biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian
tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat
pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini.
Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an
dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus
juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam
fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti
paleogeografi dan paleobiologi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bumi
adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya
mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara
(atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan
Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa.
Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer,
dan Eksosfer.
Berdasarkan
susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni bagian padat
(lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan; bagian cair (hidrosfer) yang
terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut, danau dan sungai;
bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian
yang ditempati oleh berbagai jenis organisme (biosfer
Bumi
melakukan beberapa gerak yang alami, yaitu gerak rotasi dan revolusi. Gerak
rotasi bumi merupakan gerak berputarnya bumi pada porosnya (sumbu). Gerakan
rotasi ini menyebabkan daerah sepanjang equator bergerak cepat, sedangkan di
daerah kutub hampir-hampir tidak mengalami pergerakan
Poros
(sumbu) bumi merupakan garis khayal yang menandakan sumbu rotasi dari bumi, yang
melalui kutub utara dan kutub selatan. Poros bumi tidaklah tegak lurus, tetapi
mengalami kemiringan sebesar 23,5o dari garis tegaknya.
Waktu rotasi bumi dalam satu putaran adalah 23 jam 56 menit. Akibat dari rotasi bumi, menimbulkan beberapa gejala alam seperti (a) terjadinya pergantian siang dan malam, (b) perbedaan waktu di berbagai tempat di muka bumi, (c) gerak semu harian bintang, (d) perbedaan besar gaya gravitasi di berbagai tempat di bumi, dan (e) terjadinya pembelokan arah angin.
Waktu rotasi bumi dalam satu putaran adalah 23 jam 56 menit. Akibat dari rotasi bumi, menimbulkan beberapa gejala alam seperti (a) terjadinya pergantian siang dan malam, (b) perbedaan waktu di berbagai tempat di muka bumi, (c) gerak semu harian bintang, (d) perbedaan besar gaya gravitasi di berbagai tempat di bumi, dan (e) terjadinya pembelokan arah angin.
B. SARAN.
Makalah
saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah saya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar